Banda Aceh (ANTARA). Kawanan gajah liar dikabarkan merobohkan perkebunan warga tiga gampong/desa di pemukiman Kunyet, Kecamatan Padantiji, Kabupaten Pidi.
“Seekor gajah masuk ke areal perkebunan warga sejak lima hari lalu dan merusak hasil panen warga,” kata Kepala Desa Kambuek Nikah Zul Azmi di Padangtiji, Selasa.
Ada juga tiga desa yang tanamannya dirusak gajah liar, yakni Desa Seunadeu, Desa Blang Guchi, Desa Kambuek Nikah di Kecamatan Padangtiji.
Zul Azmi menambahkan, kawanan satwa liar menyebabkan kerusakan tanaman warga berupa pinang, pepaya, pisang, kelapa dan sejumlah jenis tanaman lainnya.
“Tanaman rakyat di desa Seunadeu dan Blang Guchi paling menderita dari gajah,” katanya.
Menurutnya, di antara kawanan gajah liar tersebut ada seekor bayi gajah yang diduga baru saja melahirkan di kebun masyarakat.
Zul Azmi berharap pihak-pihak terkait segera menangani kejadian ini karena banyak petani yang was-was karena ragu-ragu untuk melakukan aktivitasnya dan satwa liar mendekati kawasan pemukiman.
Sebelumnya, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyebutkan konflik gajah dan manusia di beberapa wilayah Aceh terjadi hampir setiap hari.
Aceh Kamarudzaman, Kepala Balai Konservasi Wilayah I BKSDA, mengatakan konflik dengan gajah disebabkan habitat satwa yang dilindungi itu terganggu dan rusak.
“Konflik atau huru hara antara gajah dan manusia hampir setiap hari terjadi di Aceh. Hal ini karena kawasan hutan yang merupakan habitat liar yang dilindungi telah rusak atau terganggu dan telah berubah fungsinya,” kata Kamarudzaman.
Kamarudzaman mengatakan populasi gajah di Aceh diperkirakan 500-600 ekor. Daerah yang sering terjadi konflik gajah-manusia antara lain Kabupaten Pidi, Kabupaten Bener Meria, dan Kabupaten Aceh Timur.