Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnavati, mengajak masyarakat atau dunia internasional untuk bersinergi membangun sistem peringatan dini siklon tropis yang handal.
Dvikorita mengatakan langkah itu penting untuk mencegah kerugian material dan non material yang besar akibat siklon tropis.
“Kerjasama ini diharapkan tidak menimbulkan korban jiwa di wilayah yang terkena dampak badai tropis,” kata Dwikorita dalam keterangan yang diperoleh di Jakarta, Rabu.
Pada Workshop Internasional ke-10 WMO tentang Siklon Tropis (IWTC-10) di Bali pada Selasa (12/06), Dwikorita mengatakan bahwa siklon tropis merupakan fenomena atmosfer yang berdampak besar pada tempat yang dilaluinya.
Dampak tersebut dapat berupa angin kencang, hujan lebat berjam-jam bahkan berhari-hari, yang dapat mengakibatkan banjir, gelombang tinggi, dan gelombang badai yang tidak hanya menimbulkan kerusakan harta benda tetapi juga dapat menimbulkan korban jiwa.
Untuk itu, lanjut Dwikorita, pemberian peringatan siklon tropis yang memadai dan akurat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko dampak siklon tropis. Sistem peringatan dini siklon tropis yang kuat dapat dibangun dengan peningkatan teknologi, serta metodologi analisis dan peramalan yang berkualitas, katanya.
“Dengan demikian, data yang diperoleh memiliki tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan prakiraan dan tindakan dini untuk mencegah akibat bencana alam akibat siklon tropis,” imbuhnya.
Dvikorita mengatakan, penggunaan teknologi kecerdasan buatan di bidang peramalan dan peringatan dini siklon tropis diharapkan dapat sangat membantu dalam mengurangi risiko dampak siklon tropis.
Namun, tambahnya, penerapan teknologi baru ini pada operasi siklon tropis tentunya harus dilakukan secara matang dan lebih berkeadilan, dengan mempertimbangkan potensi peningkatan kejadian siklon tropis yang menunjukkan peningkatan baik frekuensi maupun intensitas relatif. . .
“Frekuensi dan intensitas siklon tropis semakin meningkat. Keadaan ini juga didorong oleh laju pemanasan global yang juga cukup cepat. Realitas ini harus menjadi perhatian bersama seluruh komunitas internasional,” katanya.
Dvikorita berharap acara IWTC (International Workshop on Tropical Cyclones) yang digagas pada awal tahun 1980-an ini dapat menjadi jembatan komunikasi, kerjasama dan kerjasama antar negara dalam penguatan sistem peringatan dini siklon tropis.
“Kita harus bekerja sama. Indonesia bukan merupakan jalur siklon tropis semata, namun keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Barat Laut Pasifik, Samudra Hindia Tenggara, dan sekitar Australia, akan mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia. ,” dia berkata.
“Dari teori sebelumnya yang sudah dipahami selama ini, siklon tropis tidak bisa tumbuh di dataran rendah (tropis), tapi sekarang kita melihat semakin banyak siklon tropis tumbuh di sekitar daerah tropis,” tambah Dvikorita.