Beranda Warganet Anggota parlemen mendorong studi komprehensif pelabelan BPA

Anggota parlemen mendorong studi komprehensif pelabelan BPA

Anggota parlemen mendorong studi komprehensif pelabelan BPA
Ini mengerikan

Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Rahmat Khandoyo menyerukan perlunya penelitian yang komprehensif terkait pelabelan Bisphenol A (BPA).

“Kami mengapresiasi upaya BPOM untuk melindungi kesehatan masyarakat, namun BPOM perlu melakukan kajian yang komprehensif di dalam negeri. Perlu melibatkan tidak hanya peneliti yang mendukung pendapat BPOM, tetapi juga peneliti yang tidak setuju dengan BPOM,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan, sebaiknya tidak hanya menggunakan studi asing, tetapi juga studi dalam negeri. Dokter harus terlibat, serta ilmuwan, LSM dan pemangku kepentingan lainnya.

“Santai saja. Kalau BPA berhubungan langsung dengan penyakit, silakan dibuat regulasinya, tapi kalau tidak ada hubungannya ya jangan dilakukan atau ditautkan,” jelasnya.

Perlu kajian yang komprehensif karena kebijakan ini akan berdampak pada sektor industri dan bisnis.

Dia menjelaskan bahwa kebijakan tidak boleh diterapkan jika tidak sesuai dengan kondisi dalam negeri.

Dia mencontohkan, posisi Presiden Joko Widodo yang beberapa kali tidak memaksakan kehendaknya ketika aturan yang diusulkan menimbulkan pro dan kontra yang meluas di masyarakat.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Lakalena mengatakan, sejauh ini masalah labelisasi BPA belum dibahas oleh KPU.

“Ini tidak dibahas di komisi. Ada plus-minusnya,” ujarnya.

Erma Rini, Wakil Ketua Komisi IV DPR Anggia, mengatakan keberadaan sampah plastik di Indonesia saat ini memprihatinkan. Oleh karena itu, kebijakan yang diperlukan adalah mengatur bagaimana sampah plastik dari galon sekali pakai tidak membanjiri lingkungan.

“Bagaimana mungkin mengatur sampah plastik atau galon ini dalam hal ini agar tidak kebanjiran, galon sepanjang waktu. Sekuat apapun arus hilirnya, kalau tidak ada pengaturan di hulu tentu lingkungan akan terancam dan berbahaya,” ujarnya.

Anggia juga prihatin dengan beredarnya iklan penggunaan air minum kemasan galon sekali pakai.

“Mengerikan, ada banyak data yang menunjukkannya setiap hari, berapa galon atau berapa banyak minuman plastik di sana. Ini merugikan, dan ini perlu dipikirkan dua kali, perlu dinilai dulu untuk melihat pro dan kontranya seperti apa,” tambah Angia.

Artikel sebelumyaHaseul LOONA melewatkan tur Eropa karena cedera bahu
Artikel berikutnyaKemensos tanggapi kasus tiga pasien PPKS dengan penyakit berat